Assalamualaikum sobat...
Setelah sekian lama ngga update, kali ini saya akan berbagi tugas makalah bahasa indonesia tentang kalimat efektif. Saya berharap semoga makalah ini dapat membantu teman-teman yang sedang mengerjakan atau mencari makalah dengan judul yang sama.
Tugas makalah bahasa indonesia tentang kalimat efektif ini saya ambil dari berbagai macam sumber yang ada di mbah google .
monggo dinikmati...
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang maha pengasih dan
penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahNya kepada kami,
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “KALIMAT EFEKTIF”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas
yang di berikan kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahasa
indonesia yang berkaitan dengan kalimat efektif. Selain itu tujuan dari
penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Bahasa
secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat
menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Akhirnya
kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga laporan ini memberi
manfaat bagi banyak pihak. Amiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Pembahasan 2
1.4 Manfaat Pembahasan 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kalimat Efektif 3
2.2 Unsur
Kalimat Efektif 3
2.3 Ciri
Kalimat Efektif 9
2.4 Syarat
Kalimat Efektif 16
2.5 Struktur
Kalimat Efektif 16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan 20
3.2 Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan
kaidah bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh
pembaca atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu
menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pendengar atau pembacanya seperti apa
yang dimaksudkan oleh penulis.
Perkiraan jumlah bahasa di dunia beragam antara 6.000–7.000
bahasa. Namun, perkiraan tepatnya bergantung pada suatu perubahan sembarang
yang mungkin terjadi antara bahasa dan dialek. Bahasa alami adalah bicara atau bahasa isyarat, tetapi setiap bahasa dapat disandikan ke
dalam media kedua menggunakan stimulus audio, visual, atau taktil, sebagai
contohnya, tulisan grafis, braille, atau siulan. Hal ini karena bahasa manusia bersifat
independen terhadap modalitas. Sebagai konsep umum, "bahasa" bisa
mengacu pada kemampuan kognitif untuk dapat mempelajari dan
menggunakan sistem komunikasi yang kompleks, atau untuk menjelaskan sekumpulan
aturan yang membentuk sistem tersebut atau sekumpulan pengucapan yang dapat
dihasilkan dari aturan-aturan tersebut. Bahasa yang digunakan itu hendaklah
dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau
dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat
mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk
berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan
gerakan. Kajian ilmiah bahasa disebut ilmu linguistik.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai
kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini
disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur,
kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca
sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak
efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat
efektif dengan segala permasalahannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apa saja unsur-unsur kalimat?
3. Apa ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?
5. Bagaimana struktur kalimat efektif?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Agar tidak terjadi kesalahan dalam
penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan benar
2. Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan
kalimat efektif dalam berbahasa
3. Menjaga kemurnian bahasa Indonesia
D. MANFAAT PEMBAHASAN
1. Manfaat untuk diri sendiri: agar bisa
memahami bagaimana yang dikatakan dengan kalimat efektif.
2. Manfaat untuk kelompok: agar kita bisa
menjaga budaya Bahasa Indonesia yang baik dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami
oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran
kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar
atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa
yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
B. UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang
dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini
disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku
sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur
yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib
hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat
menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah yang
menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa
benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh sebagai berikut ini:
a. Ayahku sedang melukis.
b. Meja direktur besar.
c. Yang berbaju batik dosen saya.
d. Berjalan kaki menyehatkan badan.
e. Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi
oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang
diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa
verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk
pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata
yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat
fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c)
dan (d), yang berbaju batik dan berjalan
kaki tentulah
orang (benda). Demikian juga membangun
jalan layang yang
menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun”
yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam,
sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali
dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang
logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak
ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh
“kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau
bendanya.
a. Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
b. Di sini melayani obat generic.
c. Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi
syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya.
Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang
memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek
(pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan
atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status,
ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan
tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata
atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang
tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan
kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan
apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana
putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi
kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri
kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status
Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah
rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau
bendanya.
a. Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
b. Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot
Subroto.
c. Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a),
(b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya
tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas
pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a),
tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan
Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan
(c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu,
rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum
merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang
melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa.
Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang
menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
a. Nurul menimang …
b. Arsitek merancang …
c. Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang
menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat
itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O
tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib
hadir. Verba intransitive mandi,
rusak, pulang yang
menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a. Nenek mandi.
b. Komputerku rusak.
c. Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah
menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang
letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
a. 1) Martina
Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
2) Yayuk Basuki (S) dikalahkan
oleh Martina Hingis.
b. 1) Orang
itu menipu adik saya (O)
2) Adik saya (S) ditipu
oleh oran itu.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian
kalimat yang melengkapi P. letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa
verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi
Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa.
Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S
P O
b. Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S
P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel
dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa
hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a)
menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua
MPR.
S
P
O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa
dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat
yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah
jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat
juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak
selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O, letak pel
adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi
S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
a. Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
b. Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
c. Sekretaris itu mengambilkan
atasannya air minum.
d. Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
e. Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
5. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat
yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket
dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat
di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal,
frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli
membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti
yang tertera pada tabel di bawah ini.
JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA
No.
|
Jenis
keterangan
|
Posisi/penghubung
|
Contoh
pemakaian
|
1.
|
Tempat
|
Di
Ke
Dari
Pada
|
Di jawa
Ke Bogor
Dari Purbalingga
Pada permukaan
|
2.
|
Waktu
|
-
Pada
Dalam
Se-
Sebelum
Sesudah
Selama
sepanjang
|
Sekarang,
kemarin
Pada
pukul 5 hari ini
Dalam
2 hari ini
Sepulang
kantor
Sebelum
mandi
Sesudah
makan
Selama
bekerja
Sepanjang
perjalanan
|
3.
|
Alat
|
dengan
|
Dengan
pisau, dengan mobil
|
4.
|
Tujuan
|
Supaya/agar
Untuk
Bagi
Demi
|
Supaya
kamu faham
Untuk
kemerdekaan
Bagi
masa depan
Demi
orang tuamu
|
5.
|
Cara
|
Secara
Dengan
cara
Dengan
jalan
|
Secara
hati-hati
Dengan
cara damai
Dengan
jalan berunding
|
6.
|
Kesalingan
|
-
|
Satu
sama lain
|
7.
|
Similatif
|
Seperti
Bagaikan
Laksana
|
Seperti angin
Bagaikan seorang
dewi
Laksana bintang di
langit
|
8.
|
Penyebab
|
Karena
Sebab
|
Karena
perempuan itu
Sebab
kegagalannya
|
9.
|
Penyerta
|
Dengan
Bersama
Beserta
|
Dengan
adiknya
Bersama
orang tuanya
Beserta
saudaranya
|
C. CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu
kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat berikut, yaitu adanya:
1) Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah
keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan
kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa
ciri, seperti tercantum di bawah ini:
· Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat
dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu
kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan
predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata
depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan
sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
· Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki
dengan cara berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya
dibantu oleh para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
· Kalimat penghubung intrakalimat tidak
dipakai pada kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami
tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda.
Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat
dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk
dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, sebagai berikut:
a. kami
datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya
membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
· Predikat kalimat tidak didahului oleh kata
yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari
bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan
bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop
Gunting.
2) Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah
kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk
pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk
kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
Contoh:
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan
secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu
adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran
karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda,
yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara
menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan
secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran
karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata
pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau
diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu
adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
3) Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau
penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah
kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam kalimat.
· Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di
depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan
dengan mengubah posisi kalimat.
· Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
· Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
· Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
· Mempergunakan partikel penekanan
(penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
Saudaralah yang bertanggung jawab.
4) Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam
kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang
dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata
yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi
kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
· Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang
ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka
mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai
berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
· Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju warna merah.
b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
· Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
· Penghematan dapat dilakukan dengan cara
tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
5) Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa
kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan
kalimat berikut.
a. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal
itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima
ribuan.
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu
siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu
berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
· Yang diceritakan menceritakan tentang
putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena
dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu
dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
6) Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah
kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang
disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan
tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari
kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek
+ agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif
persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan
pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan
sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami
pertimbangkan.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan
sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek
penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak
rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang
desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain
interior pada rumah-rumah adat.
7) Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa
ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan
yang berlaku.
D. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
Syarat-syarat kalimat efektif adalah
sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara
atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya
antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau
penulisnya.
E. STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF
Stuktur kalimat efektif sebagai berikut:
1. Struktur Kalimat Umum
Unsur-unsur yang mambnagun sebuah kalimat
dapat dibedaskan menjadi dua, yaitu: unsur wajib dan unsur tak wajib (unsur
manasuka). Unsure wajid adalah unsur yang harus ada dalam sebuah kalimat (yaitu
S/subjek dan P/ Predikat), sedangkan unsure takwajib atau unsure manasuka adalah
unsur yang boleh ada dan boleh tidak ada (yaitu kata kerja Bantu : harus,
boleh, keterangan aspek: sudah, akan, keterangan :tempat, waktu, cara dan
sebagainya).
2. Struktur Kalimat Paralel
Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme)
dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama yang dipakai
dalam susunan serial. Jika sebuah ide dalam sebuah kalimat dinyatakan dengna
frase (kelompok kata), maka ide-ide yang sederajat harus dinyatakan dengan
frase. Jika sebuah ide dalam suatu kalimat dinyatakan dengan kata benda, maka
ide lain yang sederajat harus dengan kata benda juga. Demikian juga halnya bila
sebuah ide dalam sebuah kalimat dinyatakan dengan kata kerja, maka ide lainnya
yang sederajat harus dinyatakan dengan jenis kata yang sama.
a. Kesejajaran Bentuk
Imbuhan digunakan untuk membantuk kata
berperan dalam menentukan kesejajaran. Berikut ini contoh yang memperlihatkan
ketidaksejajaran bentuk.
(1) Kegiatannya meliputi pembelian buku, membuat katalog,
dan mengatur peminjaman buku
Ketidaksejajaran itu ada pada kata
pembelian (buku) yang disejajarkan dengan kata membuat (katalog) dan mengatur
(peminjaman buku). Agar sejajar, ketiga satuan itu dapat dijadikan nomina
semua, seperti terlihat pada kalimat berikut.
(1a) Kegiatannya meliputi pembelian buku,
pembuatan catalog, dan pengaturan peminjaman buku.
(1b) Kegiatannya ialah membeli buku,
membuat catalog, dan mengatur peminjaman buku.
b. Kesejajaran Makna
Lihatlah kalimat-kalimat berikut.
(1) Dia berpukul-pukul
Kata berpukul-pukul bermakana ‘saling
pukul’. Hal itu berarti pelakunya harus lebiuh dari satu. Karena kata dia
bermakba tunggal, subjek kalimat (1) itu perlu diubah, misalnya menjadi mereka,
atau kalimat itu perlu ditambahkan kterangan komitatif (penyerta) dengan
temannya, misalnya.
Kalimat berikut tidak memliki kesejajaran
makna predikat dan objek.
(1) Adik memetiki setangkai bunga
Kata memetiki mempunyai makna
‘berulang-ulang’ yang tentunya tidak dapat diterapkan pada setangkai bunga.
Perbaikannya dapat dilakukan dengan mengubah predikat menjadi memetik atau
menghilangkan satuan setangkai pada objek. Tentu saja, perbaikan itu bergantung
pada informasi yang akan disampaikan
c. Kesejajaran dalam Perincian Pilihan
Kadang-kadang soal ujian dibuat dalam
bentuk pilihan ganda. Soal yang baik harus memuat perincian pilihan yang
sejajar sehingga memberi peluang yang sama untuk dipilih. Berikt ini contoh
perincian pilihan yang tidak sejajar.
(1) Pemasangan
telepon akan meyebabkan…………………..
a. melancarkan tugas
b. menanbah wibawa
c. meningkatkan pengeluaran
Pada contoh tersebut, jawaban yang
diharapkan adalah (a), tetapi kalimat pemasangan
telepon akan menyebabkan melancarkan tugas bukanlah kalimat yang baik. Pilihan
(b) meskipun memang bukan jawaban yang tepat, tidak mempunyai peluang untuk
dipilih karena kalimat pemasangan telepon akan
meyebabkan untuk menambah wibawa bukanlah kalimat baik. Kalimat yang
memuat pilihan (c) justru paling baik, tetapi pilihan itu bukan jawaban yang
diharapkan. Soal no 1 itu dapat diubah sebagi berikut.
(1a) Pemasangan telepon akan meningkatkan………………………
a. Kelancaran
b. Wibawa
c. pengeluaran
3. Struktur Kalimat Periodik
Kalau pada kalimat umum, unsur-unsur yang
dikemukakan cenderung unsur intinya, tetapi kalau pada kalimat periodik
sebaliknya, yaitu unsur-unsur tambahan yang terlebih dahulu dikemukakan
kemudian muncul bagian intinya. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian para
pembaca atau pembicara terhadap pendengarnya. Misalnya :
1) Oleh mahasiswa kemarin jenazah yang busuk
itu dikuburkan (O – K – S - P )
2) Oleh awan panas yang tersembur dari
kepundan, dengan bantuan angin yang berkecepatan tinggi, hutan lindung di
lereng bukit itu terbakar habis (O – K – S – P )
3) Kemarin rombongan mahasiswa PKL dari Unesa
disambut oleh mahasiswa jurusan PBSID Undiksha (K – S – P – O)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
o Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca
dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa
yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
o Unsur-unsur dalam kalimat meliputi :
subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).
o Ciri-ciri kalimat efektif yaitu :
Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan,
kelogisan.
B. SARAN
1) Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan
seksama dan bena tentang bahasa indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa
supaya dalam proses kegiatan belajar mengajar teradi komunikas yang baik dan
tepat penggunaan bahasanya antara pendidik dengan peserta didik.
2) Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan
mencari pengetahuan secara seksama mengenai materi dalam makalah ini supaya
pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak terjadi kekeliruan dalam pemakaian
bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
3) Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan
menekankan perhatian penuh terhadap penggunaan ragam bahasa yang tepat agar
terjalin komunikasi yang selaras.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis
Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa
Indonesia baku. Bandung: Pustaka Prima.
Finoza, Lamuddin. 2002.. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia.
Razak, Abdul. 1985. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia.
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Kalimat
Efektif (Diksi, Struktur, dan Logika). Singaraja : Refika Aditama.
Demikian makalah bahasa Indonesia tentang kalimat efektif ini, semoga bermanfaat
Bagus mmbantu skali
ReplyDeleteterima kasih sudah mampir
ReplyDelete