Walaupun negara kita berasaskan Pancasila, tapi banyak sekali perilaku warga negara kita yang masih jauh dari asas tersebut, bahkan banyak yang malah bertentangan.
Jika anda ingin mengetahui apa saja perilaku yang bertentangan dengan Pancasila, maka Makalah Perilaku yang Bertentangan dengan Pancasila ini mungkin bisa menjadi bahan referensi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari penilaian tentang baik buruknya perilaku atau tindakan yang dilakukannya. Penilaian akan suatu perbuatan dapat mengacu kepada norma-norma yang berlaku di masyarakat dan tentunya mengacu juga kepada norma-norma moral yang ada di dalam dirinya sendiri. Manusia diciptakan dengan akal dan kesadaran. Kesadaran disini tidak hanya berarti aware, tetapi juga sadar dengan apa yang diperbuatnya dan posisinya sebagai makhluk yang melakukan suatu perbuatan. Manusia selalu membatasi diri dalam melakukan suatu tindakan berdasarkan nila-nilai etika. Etika “mengawasi” manusia dari apa-apa yang baik sehingga boleh dilakukan dan yang apa-apa yang buruk sehingga dilarang. Ketika seseorang melakukan suatu tindakan yang melanggar nilai-nilai etika atau moral, secara alamiah ia akan merasa bersalah dengan dirinya sendiri.
. Untuk itu sudah seharusnya kita sebagai manusia menghindari apa yang dilarang oleh norma-norma etika dan mengikuti apa yang sebenarnya diinginkan oleh hati nurani kita. Sebagai manusia tentunya kita sudah mengetahui bahwa tindakan-tindakan seperti mencuri, merampas, membunuh, memfitnah, berbohong, dan lain sebagainya merupakan bentuk-bentuk tindakan yang tidak etis sehingga sedapat mungkin bahkan memang
harus benar-benar dihindarkan, sekalipun tindakan-tindakan tersebut tidak diketahui oleh orang lain. Karena perbuatan-perbuatan tersebut pada akhirnya akan menjadi suatu pelanggaran etika retrospektif di masa mendatang yang akan meyebabkan suatu penyesalan dalam diri.
Namun Ada beberapa orang yang terlalu naif menganggap bahwa suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukannya itu berdasarkan bisikan hati nurani, dimana hati nurani merupakan representasi dari bisikan Tuhan. Jadi mereka merasa benar walaupun pada kebenarannya itu menyimpang dari nilai dan norma yang selama ini ada dimasyarakat.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa Yang dimaksud tawuran antar pelajar?
2. Apa Yang dimaksud dengan pergaulan bebas?
3. Apa Sebab terjadinya pertentangan antara ras dan Suku?
1.3. Tujuan Dan Manfaat
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada siswa siswi tentang perilaku yang tidak sesuai dengan norma pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian tawuran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang.
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2. Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
Menurut Mansoer (dikutip dalam Solikhah, 1999) “perkelahian pelajar” atau yang biasa disebut dengan tawuran adalah perkelahian massal yang merupakan perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-laki yang ditujukan pada kelompok pelajar dari sekolah lain.
Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Umumnya dilakukan oleh remaja di bawah umur 17 tahun.
Aspek kecenderungan kenakalan remaja terdiri dari :
1) Aspek perilaku yang melanggar aturan atau status.
2) Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
3) Perilaku yang mengakibatkan korban materi.
4) Perilaku yang mengakibatkan korban fisik.
Sumber:http://jendelailmupendidikan.blogspot.com/2013/08/tawuran-pelajar-pengertiandefinisiarti.html
Tawuran atau Tubir adalah istilah yang sering digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar sebagai perkelahian atau tindak kekerasan.Biasanya dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Tawuran merupakan suatu penyimpangan sosial yang berupa perkelahian.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tawuran
Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.
Sumber:http://triwijayantiyanti.blogspot.com/2012/10/makalah-tentang-tawuran-pelajar.html#!/2012/10/makalah-tentang-tawuran-pelajar.html
A. Faktor-faktor penyebab tawuran
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a. Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam.
Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1. Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Menurut Hirschi (dalam Mussen dkk, 1994). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak (hawari, 1997). Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2. Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
4. Faktor Pacar
Masalah pacar seperti berebut pacar, saing-saingan pacar, ada yang menggoda pacar satu sekolah, juga acapkali menimbulkan tawuran yang kemudian bereskalasi menjadi tawuran antar sekolah yang melibatkan massa yang besar karena solidaritas atas sesama.
5. Faktor Geng
Hampir setiap sekolah terutama sekolah negeri memiliki geng yang didirikan oleh kakak-kakak kelas, yang kemudian diwariskan kepada adik-adiknya di sekolah. Proses pewarisan geng ini kepada adik kelas sekaligus menanamkan budaya geng yang harus ditaati dan dilaksanakan telah menjadikan sekolah sebagai pusat tawuran dan bullying. Mereka yang sudah telanjur menjadi anggota geng, tidak berani mengundurkan diri, karena takut mendapat perlakukan kasar dan membahayakan jiwa mereka. Pengaruh alumni dari geng suatu sekolah sangat kuat, sehingga kekerasan seolah menjadi budaya yang sulit dihapus.
6. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga acapkali menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya tawuran. Kesenjangan ekonomi antar pelajar, dan persaingan antar sesama, menyebabkan sering terjadi tawuran di kalangan pelajar dan masyarakat.
Sumber :http://iftitahnj.blogspot.com/2011/06/makalah-tawuran-pelajar.html
B. Macam-macam tawuran
a. Tawuran di tingkat sekolah
Tawuran paling banyak diartikan sebagai perkelahian massal antaradua kubu siswa suatu sekolah. Misalnya tawuran antar SMA C melawan SMA D yang sering diakibatkan oleh hal-hal sepele, mulai dari saling mengejek, sampai tawuran karena salah satu sekolah memang ingin mengajak tawuran sekolah lain karena hanya ingin bersenang-senang.
b. Tawuran di tingkat fakultas
Tawuran di tingkat fakultas (kampus) biasanya dilakukan antar mahasiswa kampus itu sendiri, namun berbeda faklutas.Misalnya mahasiswa fakultas XXX mempunyai masalah dengan fakultas lain; maka tawuran biasanya akan terjadi di dalam area universitas / kampus. Sebab tawuran di tingkat fakultas biasanya hampir sama dengan sebab tawuran di tingkat sekolah.
C. Dampak Tawuran
Tawuran antar pelajar yang ada di Indonesia saat ini sudah menjadi agenda rutin dan sepertinya sudah membudaya dalam kalangan mereka. Banyak tawuran yang terjadi antar sekolah hanya karena dendam dari alumni yang tidak terbalas dan akhirnya menjadi budaya turun temurun yang susah untuk dihapuskan atau dihilangkan dari sekolah tersebut. Apabila tawuran tetap ditumbuh kembangkan di kalangan pelajar maka akan menimbulkan dampak negatif berupa kerugian. Tidak hanya bagi mereka para pelajar dan sekolah yang bersangkutan, namun juga masyarakat sekitar.
Kerugian tersebut antara lain:
a. Kerusakan tempat tawuran / material.
Dalam kerusakan di tempat mereka melakukan aksi tersebut kebanyakan dari para pelaku tawuran tidak mau bertanggung jawab atas kerusakan yang mereka timbulkan. Biasanya mereka hanya lari setelah puas melakukan tawuran. Contohnya pecahnya kaca pada mobil, perusakan fasilitas umum, pembakaran ban ataupun kendaraan bermotor dsb.
b. Rusaknya citra baik sekolah.
Pencitraan yang baik yang telah dibangun oleh para perangkat sekolah, baik itu kepala sekolah, jajaran guru dan karyawan, serta prestasi yang diraih oleh murid yang lain akan pudar dan sirna apabila murid-murid yang lain masih mempertahankan tradisi tawuran. Akibatnya di tahun ajaran berikutnya, peminat calon murid baru akan berkurang.
c. Adanya korban jiwa.
Tawuran antar pelajar selain merugikan secara material juga mengakibatkan adanya korban jiwa. Misalnya tawuran antar pelajar yang menggunakan senjata tajam seperti batu, clurit, dan senjata tajam lainnya menyebabkan adanya korban luka baik korban luka ringan maupun berat, dan bisa juga ada korban meninggal.
d. Dampak psikis.
Contohnya keresahan masyarakat dan traumatik. Keresahan masyarakat ini akan menimbulkan rasa tidak percaya terhadap generasi muda yang seharusnya menjadi agen perubahan bangsa. Selain keresahan itu, traumatik bisa dialami oleh masyarakat yang ada di lokasi saat terjadi tawuran. Masyarakat akan menjadi takut dan tidak berani lagi berhadapan dengan kelompok pelajar.
a. Rasa malu orang tua dan pihak sekolah atas ketidakberhasilan mendidik anak didiknya.
b. Proses pembelajaran yang tertunda, dikarenakan skorsing ataupun di keluarkan dari sekolah.
c. Dipenjarakan.
d. Menurunnya moralitas para pelajar
Yang paling dikhawatirkan oleh para pendidik adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.
Sumber:http://dmaulidyani.blogspot.com/2012/10/tawuran-antar-pelajar-yang-terjadi-di.html
2.2 PENGERTIAN PERGAULAN
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu,dapat juga oleh individu dengan kelompok.Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain.Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu.
Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak.
A. PENGERTIAN PERGAULAN BEBAS
Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship).Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM.
Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini. Pergaulan bebas juga dapat didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan seseorang dari pergaulan yang benar , pergaulan bebas diidentikan sebagai bentuk dari pergaulan luar batas atau bisa juga disebut pergaulan liar.
B. FAKTOR PENYEBAB PERGAULAN BEBAS
Ada beberapa faktor – dan masih ada juga faktor yg lain – yang banyak mempengaruhi terjadinya pergaulan buruk dari kalangan anak-anak muda, yakni:
Faktor Orang Tua
Para orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah.System komunikasi, pengaruh media masa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai bidang dengan cepat memepengaruhi anak-anak kita.Budaya hidup kaum muda masa kini, berbeda dengan jamanpara orang tua masih remaja dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orang tuadalam era ini.
Dapat kita sebutkan antara lain:
1. Seks di mata remaja
Seks merupakan suatu hal yang tidak lagi tabu untuk dibicarakan pada jaman kini dari anak kecil hingga orang tua tahu apa itu seks. Begitu juga remaja masa kini, mereka tahu apa itu seks. Tapi saying para remaja hanya sebatas tahu tentang seks, namun tidak memahami apa seks tersebut sebenarnya. Mereka tidak mengerti akan dampak seks tersebut.
Apa beda antara aktivitas seks dan hubungan seks mungkin mereka juga tidak mengerti. Perlu diketahui berpelukan dan berciuman dengan pasangan kita pun itu sudah termasuk aktivitas seks. Untuk itu alangkah pentingnya pendidikan tentang seks dari dini agar kita memahami sisi positif dan negatif yang ditimbulkan oleh seks tersebut.
2. Pengaruh – pengaruh terjadinya seks bebas
2.1 Pengaruh dari dalam
Yang dimaksud pengaruh dari dalam adalah pengaruh yang timbul dari dalam jiwa remaja tersebut dalam mencari jati dirinya. Sifat remaja antara lain adalah selalu ingin mencoba hal – hal baru yang belum mereka rasakan, selain itu mereka selalu bereksperimen dengan hal – hal beru yang mereka temukan tersebut. Ditambah lagi jiwa muda mereka yang selalu meledak – ledak membuat mereka selalu memutuskan sesuatu hal tanpa memikirkan dengan matang mana yang baik dan mana yang buruk bagi mereka, begitu juga halnya dengan seks. Mereka selalu ingin mencoba dan tertantang untuk melakukan apa yang dimaksud dengan seks tersebut tanpa memikirkan dampaknya bagi mereka.
2.2 Pengaruh dari luar
2.2.1 Pengaruh budaya asing
Kita sebagai orang timur dahulunya sangat menjaga tata krama dalam bergaul namun dengan masuknya budaya yang tanpa batas tata krama dan kesopanan membuat masyarakat dan remaja kita terpengaruh sehingga tanpa kita sadari tidak ada lagi batas antara kesopanan dan kebebasan. Hal tersebutlah yang mendorong kita untuk berbuat dan bertingkah laku layaknya kebudayaan – kebudayaan asing khususnya kebudayaan barat. Alangkah menyedihkan saat kita tahu bahwa banyak remaja – remaja kita yang terpengaruh oleh dari budaya orang tersebut.
2.2.2 Pengaruh lingkungan
- Keluarga
Sebagai ruang lingkup terkecil, keluarga mempunyai peranan yang sangat mendasar dalam kehidupan kita termasuk remaja, seorang remaja yang kurang perhatian dari keluarga akan berbuat seenaknya tanpa takut dilarang, dimarah maupun dinasehati sehingga budaya – budaya atau apa saja yang mereka dapatkan di luar akan langsung mereka telan tanpa harus menyaring dan memilah – milah mana yang baik dan mana yang buruk bagi mereka dan sebaliknya remaja yang mendapatkan perhatian dari keluarga akan melangkah hati – hati dalam segala hal karena segala gerak – geriknya dinilai oleh orang tua, diawasi dan diperhatikan oleh orang tua remaja yang terlalu dikekang kebebasannya oleh orang tua jiwa mereka akan memberontak. Jika hal tersebut terjadi maka mereka (remaja) akan melakukan hal yang lebih dari yang kita (orang tua) takutkan.
Untuk itu perlunya kita tekankan kedisiplinan dan peraturan pada remaja tersebut dalam kehidupan keluarga dengan batasan – batasan yang terlalu mengekang mereka secara garis besar bisa kita katakan perhatian dan kasih sayanglah yang merupakan aspek terpenting dalam keluarga demi masa depan remaja tersebut.
- Teman
Terkadang remaja lebih mempercayai teman dibanding kelarganya sendiri. Teman dianggap tempat yang paling mengerti dengan hati mereka (remaja), karena sesama teman mereka beranggapan akan lebih mudah berbicara, bergaul dan berinteraksi karena mereka merasa sejiwa, seusia dan berperasaan serta berpenilaian sama. Namun tidak semua teman yang bisa membawa kita ke jalan yang baik. Tidak sedikit teman yang malah menjerumuskan kita ke jalan yang buruk.
Seorang remaja yang memiliki temamn seorang penjahat akan mudah untuk menjadi penjahat juga. Seorang remaja yang memiliki teman yang pergaulannya bebas akan mudah terpengaruh bergaul bebas juga namun seorang remaja yang memiliki teman berakhlak serta berbudi luhur untuk berperilaku sama dengan temannya. Karena itu perlunya kita pandai – pandai dalam memilih teman.
- Sekolah
Di sekolah para guru merupakan contoh atau tauladan bagi muridnya untuk itu perlunya sosok seorang guru yang bisa dijadikan contoh bagi mereka, seorang guru yang berpenampilan penuh kebebasan, berperilaku buruk, bertutur kata yang seenaknya dalam mengajar atau mempunyai pergaulan bebas di luar sekolah akan mudah di contoh oleh murid – muridnya dan begitu juga sebaliknya.
Berbicara soal disiplin di sekolah perlu sekali ditekankan kedisiplinan di sekolah tersebut. Contohnya dengan larangan berbaju dan bercelana ketat di sekolah, larangan penggunaan rok di atas lutut maupun larangan penggunaan make – up ke sekolah atau di sekolah. Larangan – larangn tersebut akan memperkecil dampak dari pengaruh pergaulan dan seks bebas. Remaja wanita merupakan subjek utama dalam pelanggaran – pelanggran seks, dari riset yang dilakukan para ahli di dunia 62% terjadinya seks bebas karena mudahnya wanita dirayu oleh pria (suka sama suka), 17% karena dipaksa oleh pasangan prianya, 10% karena tuntutan biaya hidupnya, 8% karena kriminalitas dan 3% karena disebabkan oleh narkotika.
Untuk itu seorang remaja wanita perlunya memiliki keimanan yang kuat agar tidak mudah dirayu oleh pasangan prianya atau jika perlu remaja wanita hendaknya memiliki keahlian bela diri untuk menanggulangi terjadinya pemaksaan dan memperkecil angka kejahatan seksual terhadap wanita. Perlu diketahui wanita adalah tiang negara apabila runtuh akhlak wanita di negara tersebut runtuh pulalah negara tersebut. Dan 75% penghuni neraka adalah wanita.
2.2.3 Pengaruh perkembangan teknologi
- Media Massa
Pada masa kini banyak sekali beredar majalah – majalah, tabloid maupun surat kabar yang dengan bebas menampilkan gambar – gambar seronok, porno atau semi porno contohnya majalah play boy, ekstravaganza, tabloid hot, buah bibir, MOM Plus dan lain – lain. Dengan bebasnya majalah – majalah dan tabloid – tabloid tersebut memasang gambar atau cover yang semi porno atau setengah bugil khususnya gambar – gambar tubuh wanita berbikini, bergaun transparan, atau tubuh polos tanpa sehelai benangpun. Gambar – gambar atau artikel tersebut akan merangsang para remaja untuk dapat mencoba bagaimana jika itu nyata dan dapat mereka rasakan.
Majalah – majalah dan tabloid – tabloid yang berunsur ponografi tersebut tidak sulit untuk didapatkan oleh remaja – remaja karena dijual dengan bebas di pasaran. Entah apakah tidak ada larangan dari pemerintah tentang hal itu atau memang pemerintah menutup matanya. Hanya mereka yang tahu.
- Media Elektronik
Dengan berkembangnya teknologi elektronik yang pesat, berkembang pulalah pengetahuan remaja dalam segala hal termasuk pornografi yang mempengaruhi pergaulan dan kehidupan seks para remaja. VCD porno dengan mudah kita dapatkan di pasaran. Film – film yang mempertontonkan hubungan seks tersebut mempengaruhi otak remaja untuk mencoba hal – hal yang mereka lihat. Ditambah lagi film – film yang disiarkan televisi – televisi yang mengandung unsur pornografi walapun kecil dan sanga mudah mempengaruhi para remaja. Plus perkembangan teknologi internet di komputer. Banyak sekali website – website porno yang dengan mudah bisa kita buka di internet. Hal – hal tersebut sangat berpengaruh sekali dalam kehidupan remaja khususnya dalam terjadinya pergaulan dan seks bebas di kalangan remaja.
3. Narkoba dalam pergaulan pergaulan remaja
Bahaya narkoba kini sedang mencengkeram kehidupan remaja. Seperti halnya seks bebas, remaja yang mempunyai sifat ingin tahu dan jiwa yang labil membuat mereka terjerembab dalam lembah narkoba. Mereka selalu ingin merasakan hal baru termasuk narkoba. Remaja yang tertekan pun akan sangat mudah terjerumus dalam bahaya narkoba. Karena itu sekali lagi perhatian dan kasih sayang sangat berperan dalam hal ini.
E SOLUSI (PENCEGAHAN) PERGAULAN BEBAS
Pergaulan bebas memang sangat meresahkan, tidak hanya orang tua saja, tetapi masyarakat pun juga dibuatnya resah. Hal ini dapat dikurangi bahkan dapat dicegah dengan cara – cara berikut :
1. Pentingnya kasih saying dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam hal dan keadaan apapun.
2. Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap seorang anak akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di hadapan orang tuannya dia akan bersikap baik dan patuh, tetapi setelah dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan menggunakannya sebagai pelampiasan dari pengekangan itu, sehingga dia dapat melakukan sesuatu yang tidak diajarkan orang tuannya.
3. Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan apabila seorang anak bergaul dengan teman yang tidak sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia pun bisa terpengaruh gaya hidupnya yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani.
4. Pengawasan yang lebih terhadap media komunikasi, seperti internet, handphone, dan lain-lain.
5. Perlunya bimbingan kepribadian bagi seorang anak agar dia mampu memilih dan membedakan manayang baik untuk dia maupun yang tidak baik.
6. Perlunya pembelajaran agama yang diberikan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai agamanya.
2.3 Pemicu Terjadinya Pertentangan antar Ras Dan Suku
1. “Kepanikan” Budaya
Panik di sini berarti ada suatu rasa terkejut dari ras tertentu apabila ras lainnya yang notabene dekat, memiliki kebudayaan yang berbeda. Budaya ini bisa berbentuk macam-macam mulai dari tingkah laku sampai dengan fashion yang digunakan sehari-hari. Nah, perbedaan-perbedaan tersebut merupakan suatu yang indah bukan? Menyaksikan keragaman budaya dalam suatu daerah merupakan kekayaan tersendiri yang patut disyukuri. Namun, bagi pihak yang “kaget” akan budaya baru yang dibawa oleh ras tertentu, akan merasa bahwa budayanya terinjak-injak oleh budaya lain yang menurut dia lebih jelek.
Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena belum tentu budaya lain seluruhnya negatif. Namun dengan prasangka buruk tadi, maka timbullah rasa tidak sesuai yang lahir dari dalam diri, dan berusaha untuk menghimbau ras lain untuk tidak melakukan budayanya lagi. Hal ini tentunya merupakan tekanan untuk ras tersebut, karena toh mereka melakukan hal yang turun temurun dilakukan, apa salahnya bila meneruskan budaya yang lahir sejak jaman dahulu. Lalu dari rasa saling tidak terima itu lah, usaha kompromi malah berujung menjadi konflik antar ras. Konflik di sini bukan hanya berbentuk perkelahian, namun juga bisa berbentuk hinaan kepada ras-ras tertentu yang banyak sekali kita jumpai di sosial media.
2. Tidak Suka Adanya Perbedaan
Kita sejak kecil lahir di keluarga dan masyarakat yang selalu dekat dengan kita. Tiap hari kita belajar bagaimana masyarakat kita bertingkah laku, bagaimana masyarakat bercengkrama dan melakukan aktifitasnya sehari-hari. Kita belajar untuk mengetahui identitas kita. Pada suatu hari, suatu ras datang untuk mengungsi di tempat kita tinggal. Lalu apa yang harus kita lakukan? Membenci atau menerima? Pertanyaan itulah yang akan menimbulkan dua jawaban, ya dan tidak. Ya, kita menerima dengan pengecualian sifat-sifat buruk mereka, yang seharusnya tidak mereka lakukan. Kita menerima perbedaan mereka.
Selain jawaban ya, adapula jawaban tidak. Tidak, kita tidak akan menerima perbedaan itu. Nah, jawaban inilah yang berpotensi menimbulkan konflik, walaupun kecil bentuknya. Tapi jangan salah, dari kebencian yang kecil itu, nantinya akan berkembang menjadi rasa tidak suka yang semakin besar. Lebih seram lagi, bila kita sudah terlanjur menjadi sangat tidak suka, yang ada di pikiran kita hanyalah cara untuk menyingkirkan mereka. Padahal belum tentu mereka tahu apa kesalahan mereka. Mereka hanya berbeda, ada perbedaan antara mereka dengan kita. Tapi kita sama-sama manusia, bukankah itulah hal yang penting?
3. Tidak Adanya Rasa Memaklumi / Toleransi
Memaklumi di sini bukan berarti bahwa memaklumi bahwa kita membenci mereka karena mereka berbeda, namun adalah memaklumi perbedaan itu sendiri. Dengan pikiran terbuka, kita bisa mengetahui apakah perbedaan dari mereka itu yang membedakan dengan kita. Dengan mengetahui latar belakangnya, kita bisa belajar banyak mengapa mereka bisa berbeda dengan kita. Bagaimana mereka berjuang dengan perbedaannya. Lalu, dengan dibumbui rasa simpatik tadi, kita akan belajar cara memaklumi sebuat perbedaan. Kita bisa melihat sebuah perbedaan tadi adalah suatu keistimewaan.
Namun sayangnya, hal tersebut nampaknya belum bisa diaplikasikan ke masyarakat luas. Buktinya, masih saja banyak masyarakat yang “triggered” dengan hal yang menurut mereka berbeda. Hal serupa dapat kita jumpai di berbagai sosial media. Mereka sangat menjamur di sana.
4. Rasisme yang Masih Marak
Entah bagaimana mulanya, kebiasaan kita di waktu kecil untuk mengejek orang lain masih saja diaplikasikan sampai dewasa. Hal ini sungguh mengecewakan, mengingat tingkat rasisme yang tinggi dapat ditemukan pada rentan usia remaja sampai dewasa, yang notabene (kebanyakan) sudah matang pikirannya. Sebutan-sebutan merendahkan untuk suatu ras masih saja diomongkan. Walaupun memang tujuan awalnya untuk bercanda, namun tidak setiap orang memiliki tingkat kesabaran yang sama. Ada orang yang terluka hatinya saat anda panggil dengan sebutan yang kurang menyenangkan, walaupun kita tidak ada maksud sedikitpun untuk melukai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan penilaian-penilaian tentang etis atau tidaknya perbuatan yang kita lakukan. Oleh karena itu, menurut hemat saya, kita seharusnya membatasi diri dan perbuatan kita berdasarkan nilai-nilai etis yang ada dalam hati nurani kita, tanpa meninggalkan pula penilaian-penilaian logis.
Semua bentuk pelanggaran baik etika, moral maupun nilai dan norma, kesemuanya saling berkaitan satu sama lain. Dan semua bentuk pelanggaran akan mendapatkan sanksi baik itu secara langsung maupun tidak dalam berbagai macam bentuk.
3.2 Saran
Sebagai bangsa yang baik yang juga memegang teguh nilai-nilai agama, tidaklah patut jika kita hanya berpangku tangan melihat kejahatan moral yang kian hari kian bertambah, baik kualitas maupun kuantitasnya. Kita harus melakukan penanganan terhadap kasus-kasus moral ini sesuai dengan tugas dan kapasitas kita masing-masing. Mulailah dari diri kita masing-masing, lalu terhadap orang-orang yang terdekat dengan kita hingga orang-orang lain yang jauh dengan kita. Kita berdoa kepada Allah Swt. mudah-mudahan bangsa dan negara kita selalu dalam lindungan-Nya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
http://atjehlink.com/polisi-ungkap-kasus-pembunuhan-bocah-sd/ Diakses pada 6 Maret 2016
http://kontesblogmuslim.com/karya-kbm3-penyimpangan-moral-remaja-penyebab-dan-solusinya/ . Diakses pada 6 Maret 2016
https://joshuaig.wordpress.com/2015/10/12/pengertian-etika-serta-pelanggaran-nya-dalam-kehidupan-sehari-hari/ . Diakses pada 6 Maret 2016
http://ratudiny007.blogspot.co.id/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html Diakses pada 6 Maret 2016
Demikian Makalah Perilaku yang Bertentangan dengan Pancasila ini semoga bermanfaat.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………..………………i
DAFTAR ISI …………………………………………………………….………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………..……………………..1
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………….…………..2
1.3. Tujuan Dan Manfaat ……………………………..……………………. ...2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian tawuran………………………………………………………….3
2.2 Pengertian Pergaulan ……………………………………………………….9
2.3 Pemicu Terjadinya Pertentangan antar Ras Dan Suku ……….…………...14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………17
3.2 Saran ……………………………………………………………..………17
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….…18
Post a Comment
Post a Comment