-->

MENGAPRESIASI DRAMA SEBAGAI KARYA SASTRA




Hmmm... hujan2, dingin2, g ada kopi aaaahhh.....
kan harusnya warung sebelah tau dong... kalau suasana ky gini enaknya ngapain? kasih kopi kek, apa kek...
(curhat dikit gpp khan)...

waahh ternyata udah pada nungguin postingan tentang Makalah atau karya Ilmiah nih....ok deh sob langsung aj buat sobat setia downloadcontohmakalah.blogspot.com yang lagi butuh banget  makalah tentang drama, ane kasih koleksi ane... yach siapa tau ane dapet pahala, n sobat dapet tugasnya... 
CEKIBROTT!!



KATA PENGANTAR

Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang saya panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, karena saya dapat menyusun makalah dengan terselesaikan.
Tujuan pembuatan makalah yang berjudul “Mengapresiasi Drama Sebagai Karya Sastra” ini adalah untuk menambah kreatifitasan menulis dan memberikan gambaran yang objektif serta menambah pengetahuan dari judul diatas. Yang saya rangkum dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipelajari dan memahami oleh pembaca. Dan makalah ini sebagai penambah nilai saya di semester genap di SMA NEGERI 1 .........................
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      ........................
2.      ......................
3.      Serta teman-teman yang telah membantu saya menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar saya dapat memperbaiki dan mengoreksi diri sehingga menghasilkan makalah yang lebih baik lagi dan semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca. Terima Kasih




Penulis



DAFTAR ISI

Halalaman Judul Luar
Halalaman Judul Dalam
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
1.2    Batasan Makalah
1.3    Rumusan Masalah
1.4    Tujuan Penulisan
1.4.1        Tujuan Umum
1.4.2        Tujuan Khusus
1.5    Penegasan Istilah
1.6    Sistematika Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2 Kerangka Teori

BAB III PEMBAHASAN
3.1  Sejarah Drama
3.2  Pengertian Drama
3.3  Cara Mengapresiasi Drama Sebagai Karya Sastra
3.4  Unsur-unsur Drama
3.5  Cara Menulis dan Membaca Teks Drama

BAB IV PENUTUP
4.1  Kesimpulan
4.2  Saran
Daftar Pustaka
Biodata Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Drama bukan sekedar pementasan saja, melainkan drama merupakan suatu karya sastra. Kali ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk belajar dan mempelajari sebuah drama agar dapat mengerti bagamana pembuatan sebuah drama dan bagaimana penulisan naskah drama sampai bagaimana cara pementasannya serta pembaca dapat mengapresiasi drama bahwa drama merupakan karya sastra yang petut untuk dilestarikan.
Seiring dengan pesatnya perkembangan Era Globalisasi ini, kita disediakan banyak fasilitas-fasilitas yang canggih sehingga kita menggunakannya tanpa batasan waktu. Maka dengan adanya makalah ini, penulis berharap dapat mengenalkan kembali apa itu drama dan bagaimana cara pembuatannya. Sehingga kita tidak lupa akan karya sastra Indonesia dan berusaha ikut berpartisipasi untuk menyelenggarakan pementasan drama atau ikut dalam pelaku dalam drama agar timbul rasa apresiasi empatik,estetis dan kritis pada pemnetasan drama tersebut.
Banyak cara mengapresiasi sebuah drama, dengan belajar bagaimana unsur-unsur apa saja dalam pembuatan sebuah drama. Sehingga drama yang dibuat lebih hidup.

1.2 Batasan Makalah
Bertolak dari ruang lingkup makalah diatas, maka penulisan makalah dengan judul “Mengapresiasi Drama Sebagai Karya Sastra” perlu dibatasi, supaya hasil penulisan memberikan informasi dan hasil yang tepat.
Makalah yang dibahas sebagai berikut :
1.      Pengertian Drama
2.      Menulis Naskah Drama
3.      Unsur-unsur Dalam Drama
4.      Contoh Naskah Drama
5.      Merangkum Isi Drama Berdasarkan Dialog Yang Didengar

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan masalah diatas dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1.      Apa Itu Drama?
2.      Bagaimana Menulis Naskah Drama?
3.      Apa Saja Unsur-unsur dalam Drama?
4.      Bagaiman Contoh Naskah Drama?
5.      Bagaimana Merangkum isi Drama Berdasarkan Dialog Yang Didengar?

1.4 Tujuan Penulisan
1.4.1    Tujuan Umum
Secara umum penulisan masalah bertujuan mendiskripsikan tentang judul “Mengapresiasi Drama Sebagai Karya Sastra”

1.4.2    Tujuan khusus
Berdasarkan tujuan umum diatas dapat dirumuskan tjuan khusus pada judul “Mengapresiasi Drama Sebagai Karya Sastra” adalah sebagai berikut :
1.      Memperoleh diskripsi tentang Pengertian Drama
2.      Memperoleh diskripsi tentang Menulis Naskah Drama
3.      Memperoleh diskripsi tentang Unsur-unsur dalam Drama
4.      Memperoleh diskripsi tentsng Contoh Naskah Drama
5.      Memperoleh diskripsi tentsng Merangkum Isi Drama Berdasarkan Dialog Yang Didengar

1.5 Penegasan Istilah
Agar pemahaman makalah dengan judul “Mengapresiasi Drama Sebagai Karya Sastra” perlu ditegaskan istilah-istilah yang membentuk judul tersebut.
Catatan : kata-kata pembentuk judul diartikan satu persatu mengambil dari kamus dan sumeber kutipan dtulis.
Judul : Mengapresiasi Drma Sebagai Karya Sastra
1.      Mengapresiasi yaitu melakukan pengamatan, penilaian, dan penghargaan (missal karya sastra) => DIPDIKNAS KBBI,2011 halaman 82
2.      Drama yaitu komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan.=> DEPDIKNAS KBBI,2011 halaman 343
3.      Karya Sastra yaitu hasil sastra baik berupa puisi, prosa maupun tokoh.=> DEPDIKNAS KBBI, 2011 halaman 624.

1.6 Sistematika Pembahasan
Masalah ini terdiri dari 4 bab, meliputi :
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
BAB III Pemabahsan
BAB IV Penutup




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka
Drama merupakan karya sastra yang perlu kita apresiasikan dengan pemdalaman pengertian dan bagaiman cara sebuah drama dapat dipentaskan. Dengan begitu kita dapat ikut berpartisipasi dalam pembuatan atau pementasan drama, apabila kita tidak dapat ikut dalam pembuatannya kita dapat menikamati pertunjukkannya. Atau dengan belajar pengertianatau cara-cara pembacaandrama berdasarkan unsure-unsurnya.
Secara etimolosgis, kata drama berasal dari bahasa Yunani, drama berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan dan gerak-gerik pada pemain (acting) dipanggung. Percakapan dan gerak-gerik itu meragakan cerita yang ditulis dalam naskah. Dengan demikian penonton dapat langsung melihat, mengikuti dan menikamati cerita tanpa harus membaca naskah dan membayangkan. (Didik Komeidi, Menulis Kreatif halaman 186)
Unsur-unsur intrinsic dalam drama yaitu ; a) Tema adalah pokok pikiran/ide yang melandasi suatu cerita. b) Amanata adalah pesan yang disampaikan pengarang memalui ceritanya. c) Latar adalah segala keterangan yang berhubungan dengan waktu,tempat dan suasana yang menggambar ketika peristiwa berlangsung. d) Alur adalah rangkaian peristiwa atau urutan bagian-bagian dalam keseluruhan cerita. e) Penokohan adalah penciptaan citrea tokoh drama. Ini berkaitan dengan perwatakan atau karakterisasi yaitu cara sutradara mendiskripsikan tokoh-tokohnya. (Sobandi, Bahasa Indonesia halaman 144-145)
Dapat kita definisi menurut beberapa ahli yang berpendapat tentang drama bahwa kita harus mempelajari tentang semua itu, karena dalam drama terdapat pesan-pesan atau amanat dan pelajran yang dapat kita lihat dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Kerangka Teori
                    Secara umum drama adalah karya sastra yang mengungkapkan cerita melaui dialog-dialog para tokohnya. Drama sebagai karya sastra sebenarknya hanya bersufat sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian, tujuan drama bukan untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Drama yang sebenarnya adalah kalau naskah drama tadi dipentaskan. Tetapi bagaimanpun naskah drama selalu dimasukkan sebagai karya sastra.
                        Dengan begitu banyak cara untuk mengapresiasi drama baik dengan membaca maupun dengan melihat pementasannya. Membaca teks drama bukan hanya membaca sebuah tulisan saja melainkan dengan intonasi yang berbeda. Adapun cara-cara membuat teks atau naskah drama agar naskah drama tersebut dapat dicerna dengan baik. Karena naskah drama terdapat dialog atau percakapan-percakapan anatara dua orang atau lebih. Sedangkan mengapresiasi drama dengan melihat pemantasannya yakni dengan mengamati, menghayati, mendalami dan menikmati karena jika hanya dilihat maka tidak akan timbul rasa empati dan simpati terhadap pementasan sebuah drama agar dengan menikmati dan dihayati pementasan dari drama, kita dapat sebagai penonton ikut merasakan peristiwa-[eristiwa yang dialami oleh pemeran.
                        Selain kita mengertipengertian drama dan cara mengapresiasi drama, kita juga perlu mengerti bagaimana sejarah drama? Drama sudah ada sejak nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu. Namun, bukti tertulis yang bias dipertanggungjawabkan bahwa terdapat naskah drama yang ditemukan di abad ke-5 SM. Penulis drama pertama kali adalah Aeschylus yang hidup pada tahun 525-556 SM. Isi penokohannya berupa persembahan untuk memohon kepada dewa-dewa. Jadi dapat dipastikan keberadaan sudah jauh sebelum 500 SM.
                        Drama sering disebut sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari Jawa sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti ajaran yang sampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan. Unsure penting drama adalah naskah. Penulisan naskah drama berupa fiksi karena karangan itu berisi tentang cerita dari pengalaman pengarang maupun pengalaman orang lain yang berada disekitar pengarang. Dan isi cerita dalam drama tidak sepenuhnya berdasarkan fakta atau pengamatan pengarang.




BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Pengertian Drama
Secara etimologis, kata drama berasal dari bahasa Yunani, drama yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (acting) dipanggung. Percakapan dan gerak-gerik itu memeragakan cerita yang ditulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat langsung melihat, mengikuti, dan menikmati cerita tanpa membaca naskah dan menbyangkan. (Usul Wiyanto, 2004 halaman 1). Dengan pengertian tersebut, tujuan drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Drama yang sebenarnya adalah kalau naskah drama tadi dipentaskan. Tetapi naskah tertulis drama sealau dimasukan sebagai karya satra.
Pokok drama adalah cerita yang membawa tema tertentu, diuangkapkan oleh dialog dan perbuatan para pelakunya. Dialog dalamdrama dapat berbentuk bahasa prosa maupun puisi. Dalam drama modern kebnayakan dialog ditulis dalam bvbentuk prosa. Kadar puisi dalam drama tidak sepakat seperti gence puisi sendiri. Unsur yang menonjol dari puisi dalam drama adalah bunyi dan irama bahasabya. Kadang-kadang juga imajinasi dan penggunaan simbol-simbol.
Seperti halnya gence fiksi drama juga mengenal drama panjang dan dram pendek. Drama panjang biasanya terdiri dari tiga atau lima babak, mengandung cerita yang panjang, karakter yang beragam, dan juga setting yang beragam pula. Jumlah tiga atau lima babak disesuaikan dengan tiga atau lima tingkatan plot cerita yakni pengenalan, konflik, klimaks,penguraian masalah dan penutup.
Drama pendek hanya terdiri dari satu babak saja. Sehingga sering disebut drama satu babak. Dalam satu babak itulah struktur cerita dalam tingkatan tadi diselesaikan. Disamping bagian panjang-pendeknya drama masih dikenal pembagian drama dalam bentuk tragedy, komedi, tragedy-komedi dan melodrama.




3.2  Menulis Naskah Drama
Tulisan ini akan menjelaskan secara singkat bagaimana nenulis naskah drama dengan sederhana. Setelah mengetahui apa itunaskah drama kita bias mengembangkan sendiri naskah yang kita inginkan dan sebaik mungkin.
Naskah drama ini sangat penting sebagai panduan dalam bermain drama atau teater. Teater(drama) modern biasanya mesti memakai naskah drama dalam permainannya. Sementara teater tradisional seperti ludruk, ketoprak, dagelan, biasanya tidak memakai naskah. Para pemain terbiasa berimprovisasi (spontanitas) dalam memainkan cerita yang penting para pemain sudah memahami alur cerita. dialog-dialog akan dibuat sendiri oleh para pemain. Namun demikian, teater tradisional sekarang sudah menggunakan naskah, dialog dan ekting para pemain bias dirancang secar baik.
Jika, bila kita akan mengadakan pertunjukan drama yang kita butuhkan pertama-tama adalah naskah drama. naskah drama menurut Usul Wiyanto (2004 : 31-32) adalah karangan yang berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat nama-nama tokoh drama cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang juga di lengkapi penjelasan tentang tata busana, tata lampu (lighting) dan tata suara (music pengiring).
Naskah drama bentuk dan susunannya berbeda dengan naskah cerita pendek atau novel. Naskah cerpen atau novel berisi cerita lengkap dan langsung tentang peristiwa yang terjadi. Sebaliknya, naskah drama tidak mengisahkan cerita secara langsung. Penurutan ceritanya diganti dengan dialog para tokoh. Jadi, naskahdrama itu mengutamakan ucapan-ucapan atau pembicaraan para tokoh. Dari pembicaraan para tokoh itu penonton dapat menangkap dan mengerti seluruh ceritanya.
Permainan drama dibagi dalam babak demi babak. Setiap babak mengisahkan peristiwa tertentu. Peristiwa itu terjadi di tempat tertentu, dalam waktu tertentu, dan suasan tertentu pula. Misalnya drama itu terjadi dari tiga babak, berarti ada babak I, babak II, dan babak III. Tiap babak menggambarkan peristiwa yang berbeda. Dengan pembagian seperti itu, penonton memperoleh gambaran yang jelas bahwa setiap peristiwa berlangsung ditempat, waktu, dan suasana yang berbeda.
Untuk memudahkan para pemain drama, naskah drama ditulis selengkap-lengkapnya, bukan saja berisi percakapan, melainkan juga disertai keterangan atau petunjuk. Petunjuk itu, misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan pemain, tempat terjadinya peristiwa, benda-bendaperalatan yang diperlukan setiap babak, dan keadaan panggung setiap baik. Juga tentang bagaimana dialog diucapkan, apakah dengan suara lantang, lemah, atau dengan berisik. Pendek kata, naskah drama itu benar-benar sudah lengkap dan sudah siap dimainkan di panggung.

3.3  Unsur-unsur dalam Drama
Penulisan naskah drama (teater) merupakan suatu proses yang utuh yang mempunyai keseluruhan. Ada unsure-unsur fundamental dalam naskah drama antara lain ; 1.) Penciptaan latar (creating setting), 2.) Penciptaan tokoh yang hidup (freshing out characters), 3.) Penciptaan konflik-konflik (working with conflicts) ; menulis adegan; dan secara keseluruhan disusun kedalam sebuah scenario. Jadi menulis naskah drama adalah menulis tiap adegan secara rinci, misalnya bagaimana suatu dialog antar pelaku harus ditulis, bagaimana keadaan pelaku, marah, sedih, gembira, atau biasa saja, settingnya ada dimana didalam atau diluar panggung, bagaimana pencahayaan (lighting) dsb.
Adapun drama dibangun dari dua unsure juga, yaitu unsure intinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsic adalah unsure yang membangun karya sastra dari dalam. Sedangkan unsure ekstrinsik adalah unsure yang dibangun dari luar. Unsur intrinsic dalam drama meliputi penokohan, alur, latar/setting, tema, amanat dan cakapan/dialog. Sedangkan unsure ekstrinsik meliputi latar belakan penciptaan, sejarah atau latar belakang pengarang, pandanagan hidup, agama, pendidikan  dan lain-lain.
Nilai budaya dalam setiap karya sastra khususnya drama, selain digambarkan tokoh cerita dengan perwatakannya juga digambarkan tempat peristiwa pada masa atau zaman tertentu. Budaya masyarakat masyarakat pada zaman karya itu diciptakan akan memberikan nilai berharga pada setiap pembaca.
Unsure intriksik dalam drama meliputi :
1.      Tema
Tema merupakan unsure penting drama yang berupa ide, gagasan, persoalan tertentu, yang dijadikan dasar cerita dan ditentukan oleh pengarang sebelum memulai mengarang. Tema harus memiliki alas an yang kuat sebagai pijakan. Alasan-alasan yang dapat digunakan sebagai dasar menentukan tema, anatara lain :
1.      Persoalan yang penting menonjolkan dalam drama
2.      Secara kuantitatif menimbulkan konflik yang melahirkan cerita
3.      Menghitung waktu penceritaan, yaitu waktu yang diperlukan untuk menceritakan peristiwa atau tokoh-tokoh didalam drama


2.      Penokohan
Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam drama. ini berkaitan dengan perwatakan atau karakteristik, yaitu cara sutradara mendiskripsikan tokoh-tokohnya. Seorang tokoh dapat dideskripsikan berwatak baik, jahat, pemberani, pemarah, penakut, dan lain-lain. Karakter seorang tokoh dalam drama dapat diamati melaui dialog, gerakan, kostum, pikiran (monolog) dan cara dia menghadapi masalah.
3.      Alur
Alur disebut juga plot atau jalan cerita adalah rangkaian peristiwa atau urutan bagian-bagian dalam keseluruhan cerita. peristiwa dalam sebuah drama adalah kejadian yang berlangsung dalam satu adegan. Suatu peristiwa dapat dialami melaui kehadiran tokoh, dialog, dan gerak tokoh, perpindahan latar atau pergantian kostim tokoh, perpindahan suatu peristiwa lain membentuk urutan peristiwa atau yang disebut juga alur.
Rangkain alur dapat disusun dengan pola eksposisi, intrik, komplikasi, klimaks, antiklimaks, dan resolusi. Pola bagian eksposisi, sutradara memperkenalkan masalah karakter tokoh, dan latar peristiwa memalui dialog/prolog tokoh yang baru muncul. Selanjutnya, sutradara berusaha memunculkan masalah kecil (intrik) sebagai penyebab munculnya konflik. Makin lama, persoalan tadi makin kompleks dan rumit (komplikasi) sehingga menebabkan munculnya konflik serius.
Konflik serius tadi menjadi sebuah klimaks cerita. tahap ini merupakan puncak konflik, pusatnya segala persoalan dan ketegangan. Dari sinilah ditetukan, apabila persoalan tadi dapat diselesaikan atausebaliknya? Jika dapat diselesaikan, cerita akan menurun atau antiklimaks.
Bagian antiklimaks ini merupakan penurunan cerita yang ditandai sudah berkurang intensitas konflik. Setelah itu, cerita diakhiri dengan resolusi atau penyelesaian masalah.
4.      Latar / setting
Latar / setting adalah segala keterangan yang berhubungan dengan waktu, tempat, dan suasana yang tergambar ketika peristiwa berlangsung.
5.      Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan  pengarang melalui ceritanya. seorang pengarang pada dasarnya tidak sekedar ingin mengungkapkan gagasah. Pesan nnya, tetapi mempunyai maksud tertentu atau pesan yang diinginkan disampaikan kepada pembaca dengan kemasan yang lebih indah. Pesan itulah yang disebut amanat. Jika, persoalan pokok atau tema yang di kemukakan tidaklah diceritakan begitu saja menurut aa adanya, tetapi diolah dengan gaya imajinasi pengarang, diberi penafsiaran menurut pandangan hidup sehingga mengandung unsure seni yang cukup tinggi.
6.      Dialog / percakapan
Dialog / percakapan adalah percakapan antar dua oaring atau lebih. Melaui dialog yang dilakukan para tokoh cerita dapatdiketahui sika dan reaksi pelaku terhadap masalh yang terjadi dilingkungannya serta pandangannya trhadap suatu masalah yang muncul leawat kegiatan berdialog ini, perwatakan para tokoh dapat diketahui.

3.4      Contoh Naskah Drama
Judul     : Anak Nakal

Para Pemain :
Buyung             : anak keluarga menengah kebawah seorang penjual nasi
Betty                 : anak keluarga kaya dan mapan, manja dan judas
Yu Minah         : Ibu Buyung penjual nasi
Parmin              : tikang becak yang sering lewat warung Yu Minah
Karyo                : tukang kredit keliling
Polisi 1              : intel bagian reserse dan criminal
Polisi 2              : intel bagian reserse dan criminal

              Synopsis
              Cerita drama ini menggambarkan fenomena anak sekolah yang bermasalah. Ceritanya si Buyung anak Yu Minah penjual nasi. Di mata keluarganya si Buyung jadi anak yang baik dan penurut. Pagi berangkat sekolah dan sore pulang dari sekolah. Namun, di balik kebaikannya di mata keluarganya, si Buyung ternyata menjadi anak nakal suka bolos sekolah, pacaran, dan pengguna obat terlarang. Dengan kelakuan seperti itu, Buyung pun mendapatkan pelajaran berharga.

              PANGGUNG 
              Panggung menggambarkan sebuah rumah di cepannya terdapat warung di teras rumah, berisi dagangan berupa tempat krupuk, pisang yang digantung, nasi, sayur, piring, dan sebaigainya. Ada meja dan kursi panjang duduk pembeli.
              Yu Minah        : (muncul dari rumah membawa baskom berisi nasi,
menyiapkan dagangan, keluar masuk mengambil dagangan) Anak-anak, ayo cepat mandi dan sarapan sudah siang. (sambil menyiapkan makanan yu Minah Ngomel-ngomel). Buyung cepat, yang besar memberikan contoh sam adik-adiknya. Mbok yo ngerti. (Tiba-tiba kang parmin lewat dengan becaknya).
Parmin                : Yu Nah, monggo.
Yu Minah           : Nggak mampir dulu, sarapan?
Buyung              : Berangkat dulu,bu. 9pamit Buyung sambil cium tangan)
Yu Minah           : Lha mana adikmu, sudah berangkat?
Buyung              : Belum, bu. Lagi sarapan.
Yu Minah           : hati-hati di jalan. (lalu disusul adiknya berangkat sekolah
sambil salaman). (Yu Minah sendirian sambil menyiapkan
makanan). Siang begini, penjual minyak belum juga
dating. Dasar pemalas. Sekarang hidup susah, dagangan
kurang laku, apalagi harga-hrga pada naik. Sekolah bayar
mahal.
Karyo                 : (tukang kredit dating naik sepeda ke warung Yu Minah).
Lagi apa Yu Minah?
Yu Minah           : Ah biasa mas, nunggu dagangan. Belum juga ada pembeli.
Karyo                 : Gimana Yu Min, kapan bayar tunggakan mu?
Yu Minah           : Gimana to mas, kamu itu? Dagangan belum laku, kamu
malah nagih utang.
Karyo                 : Kamu jangan janji terus lho Yu. Ini sudah peringatan
terakhir dari bosku, aku akan dimarahi jika tak dapat
tagihan. Kalau semua penghutang seperti kamu,
perusahaan bias bangkrut.
Yu Minah           : Lha mau gimana lagi mas coba? Kalau tak ada uang.
Minggu depan aja, barangkali bapaknya anak-anak dapat
uang.
Karyo                 : Pusing aku kalau begini caranya. (katanya sambil makan
pisang goring). Minta the panas kalau begitu.
Yu Minah           : Gelas kecil apa besar?
Karyo                 : Besar.
Yu Minah           : Aduh mas, aku pusing. Harga-harga naik, biaya sekolah
juga naik, apalagi anakku juga banyak. Semua serba
mahal. Namun, anehnya, DPR malah minta naik gaji. Itu
apa lumrah?
Karyo                 : Tak usah mikir yang gede-gede, Yu. Kita wong cilik mikir
sing cilik wae. Udah Yu, aku berangkat. (katanya sambil
menyingklak sepeda onthelnya). (Yu Minah sendirian
lagi)
Panggung berlatar gedung sekolah. Di situ ada kantin sekolah.
Betty                  : (sedang duduk sendirian di kursi kantin menunngu sambil
pencet-pencet HP).
Buyung              :  Hai say, lagi apa nih?
Betty                  : Nunggu kamu tahu? Kurang ajar lu, ditungguin tak tahu
diri.
Buyung              : Sabar, say. Gitu aja marah. Dah makan belum?
Betty                  : Belum, males laper di rumah. (katanya manja).
Buyung              : Pesan nasi satu bu Sri. Lauk ayam.
Bu Sri                 : Iya tunggu sebentar ya. Kok tak masuk kelas mas
buyung?
Buyung              : wah malas bu, lagi pusing tak bias mikir, apalagi gurunya
crewet, banyak tugas. (makanan telah disiapkan dan
diserahkan pada pemesan)
Betty                  : Yuk kita jalan ke kota, main ke mall. Mau nganter kan
say? (katanya manja).
Buyung              : Gimana alas an kita pergi kalau ditanya guru piket?
Betty                  : kayak gak tahu aja, cari akal. (katanya sambil jari
telunjuknya ke kepala).
Buyung              : oke, deh.
Betty                  : bilang aja, lagi sakit mau berobat ke dokter, beres.
Di rumah Buyung. Rumah dengan warung di teras rumah. Ada meja kursi.
Yu Minah           : Jam segini sore, buyung belum pulang? Kemana aja tuh
anak?
Parmin                : Ah, biasa, Yu anak muda. Barangkali main sam temannya
mejeng ke mall. (katanya sok tahu sambil melahab tempe)
Yu Minah           : Ini kayaknya tak biasanya, kang Parmin. Biasanya ia
berangkat dan pulang sekolah tepat waktu lho.
Parmin                : Lha Yu Min, tahu nggak kegiatan anakmu? Apa benar
benar masuk sekolah jangan-jangan mbolos.
Yu Minah           : Ah kang Parmin itu, itu namanya su’udzan,berburuk
sangka.
 Parmin               : Ini bukan sudzan, apa Yu sudzan?
Yu Minah           : Su’udzan, berburuk sangka.
Parmin                : Ya ya  su’udzan, berburuk sangka. Maksudnya bukan kita
bermaksud berburuk sangka, tetapi kita harus mewaspadai
anak kita supaya tidak terjerumus dalam kesalahan. Orang
tua jangan terlalu mempercayai anak. Nanti bias tertipu
oleh anak, betul nggak? Di depan kita, anak itu tampak
penurut tapi di belakang membohongi kita.
Yu Minah           : Kamu jangan menakut-nakuti saya lho kang?
Parmin                : Ini bener, bukan menakuti. Supaya kita waspada, bias
memastikan kegiatan anak kita.
Yu Minah           : Kang kamu kok pinter to? Dari mana ilmunya? (katanya
sambil ketawa).
Parmin                : Iya to, walau saya tukang becak saya tak ketinggalan
informasi. Baca Koran gratis di papan pengumuman
kampong kita itu.
Polisi 1,2            : 92 polisi dating ke warung Yu Minah sore itu jam 16.30
wib, badan tegap tinggi, rambut cepat, berjaket hitam).
Polisi 1               : apa bebar ini rumahnya Buyung, bu? (katanya tegas dan
serius).
Yu Minah           ; Ya benar Pak, bapak ini siapa dari mana?
Polisi 1               : Kami dari kantor polisi.
Yu Minah           : Jadi bapak ini polisi to?
Polisi 2               : Iya, bu. Ibu ini siapa?
Yu Minah           : Saya Yu Min, lengkapnya Minah. Saya ibunya Buyung.
Memangnya ada apa, Pak polisi?
Polisi 1               : Anak ibu bernama Buyung ditangkap polisi karena jadi
pengguna narkoba dan berpesta di hotel bersama teman
temannya. Ibu diminta dating ke kantor polisi sesegera
mungkin.
Yu Minah           : (dengan gugup dan bingung) gimana pak polisi ya aku
bingung ini. Tidak duduk dulu pak saya buatkan minum.
Polisi 2               : Tak usah bu, kami harus cepat-cepat ke kantor masih
banyak urusan. Itu saja bu, ini sebagai pemberitahuan dari
kantor polisi. (lalu dua polisi itu pergi).
Yu Minah           : (hanya mlongo bingung). Pak …..pak? Aduh anak kurang
ajar, sudah menipu orang tua mentah-mentah ya. Awas
kalau ketemu akan ku kruwes-kruwes. Pusing-pusing.
(jerit Yu Minah lemas kemudian ambruk).
Parmin                : (bingung) ada apa Yu, ada apa Yu kok jatuh? (teriak
Parmin menolong Yu Minah yang mau jatuh. Dan kedua
akhirnya jatuh bersama).
           
Selesai
  Ini hanya sekedar contoh sebagai gambaran kita. Kalau kita mau membuat naskah, kita bisa menulis sendiri sesuai keinginan dan minat kita. Dengan contoh tersebut diharapkan bisa memberikan gambaran tentang naskah drama, setelah itu kita kembangkan sendiri sesuai kemauan kita. Sekarang silahkan, anda mencoba sendiri untuk membuat naskah drama lebih baik. Selamat mencoba.
3.5      Merangkum Isi Drama Berdasarkan Dialog yang Didengar
Untuk menemukan isi drama seutuhnya harus menyimak setiap dialog dengan seksama. Inti dialog tersebut dapat dirangkum sehingga mencerminkan isi drama secara keseluruhan. Merangkum isi drama yang didengar masyaratkan keterampilan khusus yang bharus dimiliki. Di samping harus mengikuti dialog dengan seksama dari awal sampai akhir, juga harus mencermati dialog terutama yang diucapkan oleh tokoh protagonis dan antagonis. Sebab sebagai tokoh sentral, merekalah yang membawakan konflik. Konflik inilah sebenarnya inti dari drama. berbagai dialog yang merupakan inti atau pembentuk inti cerita tersebut hendaknya dapat kalian satukan menjadi pokok-pokok pembicaraan saja.





BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
            Dalam kesimpulkan dari pembahasan diatas bahwa drama bukan sekedar pementasan saja, melainkan drama merupakan suatu karya sastra. Drama sebagai karya sastra sebenarnya hanya bersifat sementara, sebab naskah drama ditulis sebagai dasar untuk dipentaskan. Dengan demikian, tujuan drama bukanlah untuk dibaca seperti orang membaca novel atau puisi. Drama yang sebenarnya adalah naskah sastra tadi telas dipentaskan. Tetapi bagaimanapun, naskah drama tertulis selalu dimsukkan sebagai karya sastra.
               Dalam pembuatan pementasan drama terlebih dahulu adalah membuat naskah drama, karena naskah drama ini sangat penting sebagai panduan dalam bermain drama atau teater. Setelah naskah drama dibuat lalu dibentuklah tokoh yang akan memerankan lakon yang akan diperankan. Kemudian, drama di pentaskan berdasarkan unsure-unsurnya. Agar mementasan lebih hidup dan berjalan dengan baik.
               Dengan begitu diharapkan pembaca maupun siswa-siswi SMA NEGERI .... dapat mengapresiasi drama sehingga drama dapat dikembangkan dan dilestarikan. Entah itu yang modern maupun tradisional. Agar drama atau teater tidak amti karena terdesak oleh budaya barat dan teknologi.

4.2  Saran
                 Dengan kesimpulan diatas serta pembahasan yang penulis buat, diharapkan ada kritik dan saran dari berbagai pihak baik dari pembaca maupun guru pembina, agar dari isi makalah ini dapat diperbaiki kesalahan ataupun kekeliruan dalam pengetikan sehingga penulis bisa belajar dari kesalahan-kesalahan agar menghasilkan makalah atau karya tulis yang lebih baik lagi. Terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Kamaidi Didik. 2001, Menulis Kreatif, Yogyakarta : Sabda Media
Mujianto, Yant. 2007 , Bahasa Indonesia, Surakarta :Mediatama
M. Tofani Abi dan G.S Nugroho. 2008, Sarikata Bahasa Indonesia lengkap, Surabaya: Kartika


Iepunks
Saya Hanya mencoba menjadi orang yang bermanfaat dunia dan akhirat

Related Posts

6 comments

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter